Mengapa Banyak Brand Gagal di E-Commerce & Solusinya
Marketing
24 March 2020
Dalam beberapa tahun terakhir, e-commerce merupakan suatu topik yang menjadi perhatian bagi para pejabat eksekutif perusahaan. Baik itu eksekutif di level strategis, analis, agensi, dan juga eksekutif lainnya yang berkaitan dengan perencanaan pertumbuhan bisnis perusahaan kedepannya.
Terlepas dari besarnya dampak, angka pertumbuhan, dan potensi yang ditawarkan oleh
e-commerce, banyak sekali Brand yang belum mampu memanfaatkan e-commerce dengan maksimal, sehingga antara ekspektasi kesuksesan dengan realita yang ingin dicapai melalui
e-commerce tidaklah selaras.
*Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan “Brand” mengarah pada perusahaan B2C yang memiliki dan menawarkan produknya di e-commerce, dan biasanya menggunakan sarana toko resmi (official store) di platform e-commerce/ marketplace. Produk yang dijual oleh brand beraneka ragam, bisa dari kategori elektronik, fashion, FMCG, home living dan juga kategori lainnya.
Karena adanya interaksi dan keterlibatan yang cukup dekat dengan Brand, maka sebagai
e-commerce enabler melalui pembahasan ini diharapkan dapat memberikan beberapa perspektif lain yang mungkin bisa menjembatani kesenjangan antara visi perusahaan dengan kesuksesan Brand di e-commerce.
Berikut pembahasannya kami bagi menjadi 2 bagian yaitu:
1. Kurangnya Pengaturan & Optimasi E-Commerce Yang Efektif
Dibalik segala kehebatan dari perdagangan digital (digital commerce), realisasi dari kesuksesan Brand di ranah e-commerce (mengubah pengunjung menjadi pembeli) masih sangat bergantung pada kualitas dari tim & juga individunya. Segala bentuk kerjasama antara Brand dengan e-commerce platform tidak akan berhasil jika hanya mengandalkan exposure yang tinggi, sarana terbaik (seperti kolom pencarian, dekorasi toko, flash sale, lainnya), ataupun penawaran terbaik (seperti gratis, diskon besar, kupon potongan harga, dan sebagainya).
Baik tim dari pihak Brand maupun platform harus selalu bekerja sama dalam membuat perencanaan, strategi, eksekusi, hingga pengoptimalan performa secara real-time. Namun, bagi sebagian besar Brand di Asia Tenggara (seperti Indonesia), kurangnya pengaturan e-commerce yang optimal sering menjadi penghalang utama dari pertumbuhan bisnis yang eksponensial.
-
Tantangan pertama: banyak Brand belum memiliki tim khusus e-commerce
Jika seorang KAM (Key Account Manager) dari suatu Brand harus memprioritaskan antara, tiga sampai dengan lima offline channels (yang nilainya 80-90% dari annual sales), dengan tiga hingga lima e-commerce platforms (yang nilainya 10-20% dari annual sales). Sudah jelas bahwa perhatian utama mereka pasti akan lebih terfokus kepada kanal offline.
Hal ini tentunya juga berlaku bagi operations team (bertanggung jawab mengelola toko & front-end produk), graphic designer (bertanggung jawab mengelola segala tampilan visual yang mendukung penjualan produk), dan bahkan tim supply chain (yang mengelola arus ketersediaan produk, baik di warehouse, fulfillment center atau bekerja sama dengan e-commerce enabler).
Penting bagi brand untuk memiliki “Head of E-commerce” (Pimpinan Departemen E-commerce) dan juga KAM yang dikhususkan untuk menangani kebutuhan e-commerce dari bisnis Anda. Beberapa brand yang menganggap serius perdagangan e-commerce bahkan mengambil langkah yang lebih jauh dengan menunjuk KAM yang didedikasikan untuk menangani masing-masing e-commerce platform demi meningkatkan kecepatan, serta meminimalisir konflik selama bekerja.
-
Tantangan Kedua : Beberapa Brand tidak berkomitmen penuh atau kekurangan dukungan lintas departemen di organisasi
Struktur yang sering dipersiapkan adalah membentuk arus komunikasi laporan yang efektif antara Pimpinan departemen E-commerce dengan Direktur Penjualan. Hal ini mungkin terlihat masuk akal di awalnya, tetapi biasanya pimpinan/ tim bagian penjualan cenderung lebih memprioritaskan kepentingan “offline”, yang akhirnya berujung pada kurangnya investasi tenaga serta sumber daya bagi masa depan Brand yang sukses di industri e-commerce.
Untuk menjadi unggul dalam ranah e-commerce, Brand juga perlu memberikan perhatian lebih, memiliki tenaga ahli, dan juga wawasan yang mendalam mengenai taktik penjualan, pemasaran, serta pengaturan supply chain (dalam hal ini rantai pasokan stok barang online).
Berikut adalah contoh terbaik yang sudah dilakukan oleh Brand lain untuk memerangi dua masalah tersebut, yaitu:
- Memiliki Pimpinan Departemen E-commerce tersendiri yang melaporkan secara langsung kepada Pimpinan Pemasaran
- Memperlengkapi Departemen E-commerce dengan budget berkala dan terpisah dari budget untuk offline channel
Hal ini bisa mempercepat pengambilan keputusan, pemecahan masalah, dan juga pembentukan rencana agar Brand bisa bertumbuh dengan lebih agresif dan dinamis.
2. Kurangnya Traffic di Halaman Produk Toko Online (Official Store)
Berikut analogi yang umum diungkapkan oleh para praktisi e-commerce: “Bayangkan platform e-commerce seperti mall tradisional (offline), dan Official Store dari Brand merupakan salah satu toko di dalamnya. Saat mall berusaha untuk menarik traffic (pengunjung situs) ke dalam gedung, toko-toko di dalamnya pun juga perlu memasarkan produk mereka baik diluar maupun di dalam mall untuk menarik perhatian pengunjung.”
Kebanyakan Brand gagal bertumbuh disebabkan oleh kesalahpahaman tentang konsep “Pertumbuhan pesat pasar e-commerce selalu disertai dengan kuantitas pengguna yang masif/ pengunjung aktif setiap harinya (DAU: Daily Active Users).” Sehingga banyak Brand yang berpikir bahwa mereka tidak perlu lagi bersusah-payah mendatangkan traffic, semua akan terpenuhi secara otomatis dari e-commerce itu sendiri.
Tetapi kenyataannya tidak demikian. Sama seperti mall tradisional, seluruh platform e-commerce pasti ingin meningkatkan jumlah Brand, penjual, dan juga berbagai jenis kategori produk untuk berada di dalamnya. Menargetkan traffic secara masif ke banyak kategori seperti ini, sebenarnya tidaklah efisien bagi semua Brand dan tidak semua Brand dapat merasakan manfaatnya dengan segera.
Mendapatkan perhatian dari pengunjung adalah hal yang mudah & biasa bagi Brand yang baru memasuki suatu e-commerce platform. Yang menjadi tantangan tersulit adalah bagaimana Brand mampu meretensi pengunjung dan tetap mendatangkan pengunjung baru secara berkala, mengingat bahwa setiap platform memiliki lingkungan yang dinamis dan membutuhkan treatment yang berbeda-beda.
Setiap Brand tentunya ingin menonjol dan bertumbuh dengan pesat. Salah satu kelebihan yang bisa dirasakan dari e-commerce adalah etalase yang “tidak terbatas.” Namun perlu diingat bahwa, perhatian dari pengguna e-commerce memiliki batasan. Maka dari itu Brand perlu bijak dalam menginvestasikan waktu dan tenaganya untuk membawa traffic yang benar-benar berkualitas ke dalam official store & halaman produk yang dimiliki.
Selain itu, Brand juga perlu memiliki berbagai strategi dalam “penargetan kembali pelanggan yang berafinitas tinggi” dan strategi “memperoleh pelanggan baru yang tepat”. Pengoptimalan performa secara konstan & terus menerus juga perlu dilakukan untuk mendatangkan traffic yang berkualitas.
Pada kenyataanya, menerapkan praktek-praktek di atas bukanlah hal yang mudah dan bisa dicapai dalam waktu singkat. Dibutuhkan kemauan & komitmen, serta investasi dan pendanaan yang cukup besar dari perusahaan untuk dapat memenangkan Brand di e-commerce. Sebuah tim dan juga talenta eksekutif yang berpengalaman di e-commerce juga merupakan kunci yang tidak dapat diabaikan oleh Brand manapun.
Jika Anda memiliki bisnis/ Brand dan ingin mengembangkannya secara online melalui pasar
e-commerce, tentunya jangan lupa untuk membawa pembahasan diatas sebagai bahan konsiderasi dalam pengambilan keputusan Anda. Apabila perusahaan Anda tidak memiliki sumber tenaga dan pendanaan yang cukup besar untuk dialokasikan, mungkin penggunaan jasa dari e-commerce enabler bisa menjadi solusinya.
Jet Commerce, One Stop E-commerce Solutions untuk Brands
Jet Commerce merupakan salah satu penyedia e-commerce solution Indonesia yang bergerak pada sektor B2B dan B2C di Jakarta, Indonesia. Sebagai salah satu enabler terpercaya se-Asia Tenggara, Jet Commerce memberikan solusi e-commerce yang komprehensif serta terintegrasi untuk mendukung pertumbuhan & pemasaran Brand di ranah e-commerce. Layanan kami meliputi official store management, digital marketing, design & creative, customer relationship management, dan fulfillment center.
Sebagai perusahaan e-commerce enabler, Jet Commerce juga dilengkapi dengan fasilitas fulfillment center di Indonesia yang berlokasi di kota Tangerang. Bekerjasama dengan delapan partner logistik terpercaya, Jet Commerce Fulfillment Center mampu memproses lebih dari 4000 pesanan (online order) dalam sehari, baik pengiriman instan maupun non-instan. Fulfillment service kami merupakan solusi alternatif bagi Brand, maupun pemilik bisnis yang ingin mengembangkan usahanya di ranah e-commerce.
Reference: E27